Rabu, November 07, 2007

Fwd: FW: [ekonomi-syariah] MENGGAGAS JIHAD MONETER

Reply-To: ekonomi-syariah@yahoogroups.com
Republika Kamis 10 Agustus 2004 - Opini:
MENGGAGAS JIHAD MONETER
oleh: Ahmad Fahmi - Master Jurusan Energi, Universitas Karlsruhe,
Jerman.

Seluruh dunia tahu bahwa tanpa dukungan Amerika Serikat (AS), Israel
tidak
akan berani menyerang Palestina dan Lebanon secara besar-besaran
seperti
sekarang ini. Korban sipil dan anak-anak tak berdosa yang jatuh
akibat
kebrutalan Israel sudah sangat banyak. Dalam masalah Palestina sudah
terbukti bahwa secara politik Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tidak
dapat
berbuat apa-apa, karena semua keputusan Dewan Keamanan (DK) PBB yang
merugikan kepentingan Israel akansegera diveto oleh AS.

Setelah Uni Soviet Runtuh, praktis PBB hanyalah menjadi instrumen AS
untuk
menjadi legitimasi tindakan-tindakannya memperluas dan mempertahankan
hegemoninya di dunia. Jika PBB sekali sekali menolak AS untuk
memberinya
mandat seperti yang terjadi menjelang invasi ke Irak, AS tidak segan
untuk
bertindak unilateral.

Karena itu, untuk sekarang ini peran PBB tidak bisa diharapkan lagi
untuk
bisa menghentikan pertumpahan darah di Palestina maupun Lebanon.
Paling-paling, peran PBB hanyalah menjadi koordinator bantuan
kemanusiaan.
Kasarnya, mereka hanya menjadi tukang sampah yang dipanggil setelah
Israel
berpesta dengan membantai rakyat Palestina dan Lebanon.

Keadaan yang sulit diubah ini membuat umat Islam menjadi frustasi dan
pada
gilirannya memberi angin segar kepada eksponen-eksponen ekstrem dalam
tubuhnya untuk berkembang. Jika perkembangannya mencapai tahap
terorisme,
maka ini adalah perkembangan yang buruk, karena akan membuat umat
Islam
menjadi semakin tertekan dan menjadi warga dunia kelas dua.

REAKSI UMAT

Menghadapi hal ini, ada dua jenis reaksi umat Islam Indoneisa yaitu:
pernyataan kecaman dan demonstrasi. Bagi Israel dan pelindungnya, AS,
kedua
hal itu hanya akan dianggap angin lalu. Bahkan pernyataan kecaman
dari
negara-negara pemilik veto di DK PBB pun sudah dianggap angin lalu,
apalagi
hanya pernyataan uma Islam Indonesia.

Tentu pernyataan kecaman dan demonstrasi itu memiliki hal positif
untuk
mengeluarkan emosi melihat pembantaian saudara-saudara kita di
Palestina dan
Lebanon. Tetapi jika demonstrasi mencapai tahap anarkis, pada
gilirannya
akan dapat merugikan citra umat Islam di mata dunia. Karena nantinya
media-media barat akan menggunakan peristiwa tersebut untuk
mendeskripsikan
kebrutalan umat Islam. Dengan begitu, eksponen masyarakat Barat yang
sebenarnya simpati terhadap perjuangan umat Islam untuk Palestina
akhirnya
bisa berbalik.

Kita telah saksikan menjelang perang Irak bahwa negara-negara Barat
tidaklah
sepakat dengan politik AS. Jerman dan Perancis berada di front
terdepan yang
menentang keputusan tersebut. Jika dikelola dengan baik, mereka dapat
menjadi sekutu umat Islam menghadapi hegemoni AS.

Kebetulan kedua negara tersebut adalah negara-negara Uni Eropa (UE),
satu-satunya kekuatan yang saat ini masih dapat menandingi AS di
bidang
ekonomi. Dengan jumlah penduduk 400 juta dan pendapatan per kapita
yang
tinggi serta mata uang tunggal, mereka berdiri sama tinggi dengan AS.

Simbol persaingan ekonomi diantara mereka dapat kita lihat dalam
persaingan
pembuatan pesawat terbang. Pabrik pesawat, Airbus dan Boeing adalah
modelnya. Kedua perusahaan tersebut adalah proyek prestisiun UE dan
AS.
Kedua simbol tersbut terus saja bersaing. Di bidang moneter, terdapat
juga
simbol persaingan di antara mereka. Mata uang dolar AS dan euro sama-
sama
berebut untuk secara dominan menghegemoni perekonomian dunia.

Beranjak dari pengetahuan tentang potensi kelemahan AS tersebut,
negara-negara di dunia yang khawatir terhadap hegemoni AS berusaha
memanfaatkannya untuk menjadi instrumen penekan terhadap AS. Praktik
ini
terutama dilakukan saat AS makin sewenang-wenang setelah penghancuran
menara
kembar World Trade Center, 11 September 2001.

MENINGGALKAN DOLAR AS

Venezuela dan Iran berusaha supaya negara-negara pengekspor minyak
yang
tergabung dalam OPEC tidak lagi menggunakan dolar AS dalam berbagai
transaksi. Mereka ingin mengganti dolar AS dengan euro, tetapi
tampaknya
usaha ini belum sepenuhnyha berhasil. Iran sendiri telah mengkonversi
cadangan devisa negaranya ke euro. Ini juga menjadi langkah yang
dilakukan
oleh Cina pada sebagian cadangan devisanya.

Di beberapa negara Arab kaya minyak juga mulai muncul wacana untuk
melakukan
hal yang sama. Secara faktual mata uang euro ini telah menjadi alat
tukar
sah di banyak negara Eropa Timur. Kabarnya di Moskow, rubel mata uang
Rusia,
sendiri sudah tidak laku dipegang orang dan digantikan oleh euro. Hal
serupa
juga terjadi di negara-negara bekas Yugoslavia yaitu Kroasia, Bosnia,
dan
Serbia.

Jadi perubahan penggunaan mata uang dolar AS ke euro dapat terjadi
lewat
kebijaksanaan pemerintahan maupun inisiatif masyarakat. Dalam empat
tahun
setelah ditetapkannya menjadi mata uang Uni Eropa, euro berada dalam
posisi
ekspansif terhadap dolar AS. Hal ini dapat dilihat dengan melemahnya
nilai
tukar dolar AS hingga 40% dalam jangka waktu tersebut.

Menghadapi invasi brutal Israel ke Palestina dan Lebanon, kelemahan
AS di
bidang hegemoni moneter tersebut dapat dimanfaatkan untuk membuat
tekanan
kepada pemerintah AS. Selanjutnya, tekanan itu diharapkan memberi
efek yang
memaksa pemerintah Israel untuk menghentikan aksi terornya dengan
menginvasi
Lebanon dan Palestina.

Bentuk yang nyata dari usaha menegakkan keadilan yang baiknya disebut
jihad
moneter ini dapat mengambil berbagai macam bentuk. Jihad moneter ini
dapat
dimulai dari diri masing-masing yaitu dengan menukarkan simpanan
dolar AS
baik dalam bentuk uang tunai maupun rekening ke mata uang euro.

Sebagaimana setiap jihad membutuhkan pengorbanan, maka pengorbanan
yang
dilakukan mujahid moneter adalah potongan transfer mata uang yang
dilakukan
oleh money changer atau bank. Tetapi pengorbanan ini hanyalah jangka
pendek
karena seperti data yang terungkap sebelumnya, euro akan makin
menguat
terhadap dolar AS. Maka selisih nilai tukar itu dapat kembali.

Lebih-lebih lagi jika usaha jihad moneter ini makin meluas dan
berlanjut
maka bukan tidak mungkin akan terjadi penurunan tajam nilai mata uang
dolar
AS terhadap euro karena kebutuhan terhadap euro meningkat. Dalam hal
ini
maka para mujahid moneter di masa awal akan memperoleh keuntungan
berlimpah.
Tingkat berikutnya yang dapat dilakukan adalah menukar dolar AS yang
terdapat dalam kas-kas ormas Islam, tabungan haji dan dana abadi umat
ke
dalam euro. Dari tabungan haji saja dapat dikonversi uang sebesar
stengah
miliar dolar AS.

Selanjutnya jihad moneter dapat dilakukan oleh para pengusaha yang
menggeluti aktivitas ekspor-impor dengan melakukan transaksi dagang
dengan
partnernya di luar negeri dalam bentuk euro. Jihad moneter ini akan
terasa
kuat akibatnya jika proses transaksi oleh negara-negara pengekspor
minyak
yang tergabung dalam OPEC dilakukan dalam euro. Jika dilihat
mayoritas
anggota OPEC adalah negara-negara Muslim maka mestinya hal ini tidak
sulit
dilakukan.

Jihad moneter ini dapat juga dilakukan di tingkat negara dengan
menukarkan
cadangan devisanya dari dolar AS ke euro dan melakukan pembelanjaan
negara
di luar negeri dalam euro. Mungkin tindakan ini yang paling sulit
karena
aktornya adalah pemerintah masing-masing negara yang rentan terhadap
tekanan
AS. Untuk itu pemerintah-pemerintah yang terlibat dalam pembelanjaan
itu
perlu didukung agar berani melakukan penggantian mata uang yang
menekan AS
lewat kampanye jihad moneter yang seruannya adalah CHANGE DOLLAR TO
EURO!

--- End forwarded message ---

Bagaimana Indonesia ? " Wah, kirangan..den ! "