Senin, November 19, 2007

Fwd: FW: OOT: Hati-hati Komunitas Agama Baru

--- In ekonomi-islami@yahoogroups।com, Merza Gamal & Inna Indrawati Bratakusuma

Untuk semua teman-teman sebangsa Indonesia.

Saya menulis catatan ini setelah selama hampir dua tahun mengikuti
beberapa pertemuan formal yang dilakukan oleh pusat-pusat studi untuk
Indonesia, baik di Belanda, Jerman maupun Inggris.

Luar biasa, tidak seperti yang kita bayangkan selama ini melalui
media cetak maupun media lainnya, sebenarnya masih banyak kelompok
masyarakat di Eropa yang sangat mendukung terciptanya perdamaian dan
kebebasan serta kesejahteraan di Indonesia. Sebagai peserta yang
hampir selalu hadir dalam forum diskusi pada pusat-pusat studi untuk
Indonesia, saya merasakan bahwa sudah sepatutnya kita bergembira dan
berbesar hati karena ternyata cukup banyak masyarakat individu dan
kelompok masyarakat di Eropa yang mendukung Indonesia untuk menjadi
lebih baik.

Namun demikian, hasil studi mereka yang dilakukan melalui penempatan
anggota-anggota ahli dari pusat studi tersebut di Indonesia
menyatakan bahwa sampai saat ini masih terdapat "beberapa negara
besar dan (merasa) adikuasa" yang tidak mendukung terciptanya cita-
cita mulia tersebut. Bahkan keberhasilan mereka dalam memecah belah
Serbia dan Bosnia (yang nota bene merupakan perang saudara antara
umat Muslim dan umat Nasrani) juga tengah diterapkan dalam menyusun
strategi mereka di Indonesia.

Sayang sekali, karena catatan ini bukanlah catatan formal dari pusat
studi tersebut, saya tidak dapat menyebutkan negara mana saja yang
dimaksud seperti tersebut di atas. Tetapi apabila Anda semua ingin
mengetahuinya dengan lebih rinci, silakan Anda mencarinya dalam karya
ilmiah, jurnal dan catatan formal dari pusat-pusat studi untuk
Indonesia di Eropa yang telah di-release oleh mereka secara formal.

Tanpa bermaksud untuk memperkeruh keadaan dan justru dengan maksud
untuk mempererat rasa kebangsaan dan persatuan Indonesia demi
mencegah keberhasilan "negara-negara" tersebut dalam memecah belah
Indonesia, berikut saya sampaikan kesimpulan yang seyogyanya kita
semua perhatikan dan kita sebarkan sebagai bentuk dari rasa
nasionalisme kita semua.

1. Indonesia sampai dengan saat ini masih dianggap sebagai negara
besar yang patut diperhitungkan dalam regional Asia Pasifik, baik
dari sisi luas wilayah, perekonomian, politik dan agama.

2. Khusus untuk masalah agama, sebagai negara dengan masyarakat
pemeluk agama Islam terbesar didunia, Indonesia selalu berada pada
peringkat pertama dalam kaca mata "minus" dari "negara-negara"
tersebut.

3. Pada saat era globalisasi sudah mulai menyeruak dihampir seluruh
negara didunia, masalah ekonomi, politik, pertahanan, budaya dan lain
sebagainya sudah tidak lagi menjadi masalah sensitif yang dapat
dipermainkan oleh "negara-negara" tersebut. Globalisasi telah dengan
sendirinya meminimalisir batas-batas masalah tersebut antar negara.

4. Satu-satunya masalah yang masih sangat sensitif saat ini dan
dimasa-masa yang akan datang adalah masalah agama, karena bentuk
kesepakatan apapun yang telah disepakati oleh (misalkan) seluruh
negara didunia ini, agama tetap menduduki prioritas pertama sebagai
suatu keyakinan yang tidak dapat diubah oleh umat manusia sesuai
dengan apa yang tercantum dalam kitab suci masing-masing.

5. Kembali kepada persatuan Indonesia, sejak terjadinya reformasi
sembilan tahun yang lalu, "negara-negara" tersebut melihat celah yang
sangat menguntungkan untuk memporak porandakan Indonesia melalui
ephoria reformasi yang saat ini masih terjadi hampir diseluruh daerah
di Indonesia. Celah tersebut adalah masalah AGAMA yang merupakan
masalah sensitif dimuka bumi, apalagi di Indonesia.

6. Sebagian besar tarekat, sekte, komunitas atau bentuk kelompok baru
yang bermunculan, baik dalam agama Islam maupun agama Nasrani
(Kristen, Katolik, Protestan, Advent dan lain sebagainya) dapat
dibuktikan oleh pusat-pusat studi untuk Indonesia, ternyata dibiayai
oleh "negara-negara" tersebut.

7. Tujuan utama "negara-negara" tersebut membiayai kelompok-kelompok
agama itu adalah untuk mengadu domba antar sesama Muslim dan sesama
Nasrani dengan tujuan akhir adalah memecah belah keutuhan Indonesia
dengan terjadinya permusuhan antara umat Muslim dan umat Nasrani
(sebagai mayoritas agama kedua setelah Islam di Indonesia).

8. Keuntungan yang mereka dapatkan dari tercapainya tujuan seperti
tersebut dalam butir tujuh di atas adalah untuk:
- memperluas dan memperkokoh supremasi politik "negara-negara"
tersebut di Indonesia.
- mendapatkan sumber daya alam ditengah konflik yang ada (tentunya
saat antar dua kubu terjadi konflik, dana yang besar sangat
dibutuhkan untuk membiayai perang saudara tersebut, kesempatan ini
digunakan untuk mengadakan kerjasama yang sangat tidak menguntukan
dimana "negara-negara" tersebut akan menikmati keuntungan yang sangat
besar dalam jangka waktu lama sementara kubu yang memiliki sumber
daya alam hanya akan menikmati keuntungan dalam jangka pendek yang
relatif kecil tanpa mereka sadari).
- memperkokoh dan memperluas supremasi agama tertentu yang menjadi
mayoritas agama dari "negara-negara" tersebut.

9. Contoh-contoh yang dapat kita cermati bersama atas upaya-upaya
dari "negara-negara" tersebut dapat dilihat dalam komunitas-komunitas
agama baru seperti:
- Komunitas Eden, pihak berwenang hanya melakukan tindakan insidentil
yaitu menghukum dengan pidana kurungan untuk pemimpinnya dan saat ini
sudah dilepas kembali. Kegiatan komunitas ini sudah berjalan normal
seperti biasa dimana mereka menggabungkan antara dasar-dasar
kepercayaan agama Islam dan agama Katolik.
- Al Qiyadah, seperti juga komunitas eden, mereka menggabungkan dasar-
dasar kepercayaan agama Islam dan agama Kristen.
- Komunitas Al Qiyaadatul Islamiyah di Makassar, Sulawesi Selatan,
komunitas ini sepenuhnya tetap menggunakan dasar ajaran Islam, tetapi
tidak mengakui kebenaran surat Al Fatihah, tidak mengakui adanya
shalat wajib lima waktu dan mengakui adanya nabi-nabi lain setelah
nabi Muhammad SAW karena kitab Al Quran masih belum lengkap.
- Komunitas Gereja Hitam (setan) di Bandung. Aliran ini dengan tegas
tidak mempercayai Isa Almasih dan Roh Kudus sebagai Tri Tunggal
tetapi memperayai kekuatan setan sebagai kekuatan terbesar setelah
Tuhan. Seluruh patung yang terdapat dalam gereja Hitam ini
menggambarkan perwujudan dari bentuk-bentuk setan.

Dan masih banyak komunitas-komunitas lain yang tidak dapat saya
sampaikan satu persatu karena cukup banyak dan masih bersifat lokal,
belum nasional.

10. Pihak berwenang di Indonesia, bekerja sama dengan lembaga-lembaga
agama formal yang diakui oleh pemerintah serta lembaga pemerintah
lainnya, LSM dan pusat-pusat studi untuk Indonesia diluar negeri
tengah mempelajari aliran dana yang terjadi sebagai donasi bagi
komunitas-komunitas agama seperti tersebut dalam butir sembilan di
atas.

11. Sangatlah tidak sulit bagi "negara-negara" tersebut untuk dapat
membiayai dan mempengaruhi orang-orang Indonesia agar membentuk
komunitas agama baru karena:
- kondisi perekonomian Indonesia yang tidak kunjung membaik. Dengan
mempergunakan para sarjana yang masih menganggur atau terjerat dalam
kesulitan ekonomi, mereka mengarahkan orang-orang itu untuk bekerja
tanpa adanya intervensi langsung dari "negara-negara" tersebut
kecuali dalam hal dana.
- melalui iming-iming uang para petinggi komunitas agama menyebarkan
agama barunya kepada masyarakat bawah yang tengah frustasi menghadapi
kesulitan ekonomi.
- Pola pakar agama yang masih menggunakan gaya lama dalam
menyampaikan kebenaran kepada masyarakat serta globalisasi yang
memungkinkan masuknya modernisasi dan westernisasi secara membabi
buta, mendorong terjadinya gagap budaya yang dengan cepat
mempengaruhi pola pikir para cendikia dimana mereka mulai mencari-
cari pegangan baru yang lebih dirasakan nyaman dan mudah tanpa adanya
alasan-alasan ekonomi, yaitu bergabung dalam komunitas-komunitas
agama baru tersebut.

Intinya, ditengah ephoria reformasi yang belum juga selesai serta
berjangkitnya penyakit masyarakat yang mewabah atas ketidak pastian
dan ketidak nyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, "negara-
negara" tersebut dengan mudah mempermainkan bangsa kita melalui dana-
dana yang mengalir kepada pihak-pihak yang sedang sakit.

Beberapa contoh keberhasilan yang mudah-mudahan semu atas tindakan
devide et impera "negara-negara" tersebut adalah konflik di Poso dan
Ambon yang telah sampai pada tujuan akhir "negara-negara" tersebut
yaitu konflik saudara antara umat Muslim dan Nasrani.


Untuk itu, melihat fakta-fakta yang ada dihadapan kita semua, sudah
saatnya kita membangun kebersamaan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia dengan saling menghormati antar agama yang kita yakini
masing-masing.

Sudahlah pasti kita semua selaku penganut agama tertentu akan sangat
meyakini bahwa agama kitalah yang terbaik. Keyakinan tersebut tidak
menjadikan kita untuk dengan mudahnya menyudutkan bahkan memberangus
agama lain. Cukuplah kita untuk saling menghormati dan
menjadikan "agamaku sebagi agama yang aku yakini dan agamamu sebagai
agama yang engkau yakini".

Kewajiban kitalah untuk turut menyebarkan kebenaran kepada sesama
(Muslim, Nasrani, Hindu, Budha dan lain sebagainya) agar mereka tidak
terjerumus kepada keyakinan sesat yang tengah menjamur saat ini. Dan
terakhir, karena semua ini berawal dari rasa tidak puas, sudah
sepatutnya kita untuk dapat turut serta membantu meningkatkan
kesejahteraan kepada sesama bangsa Indonesia dengan menyisihkan
sedikit dari rejeki yang kita peroleh kepada mereka yang memang
membutuhkan.

Semoga bermanfaat, terimakasih.